Loading...

PEMERINTAH PERLU LEBIH PERHATIAN TERHADAP KADER TB

 

CIAMIS - Jauh sebelum Covid-19 melanda dan menguncang dunia, penyakit tuberkulosis (TBC) sudah menjadi ancaman latin. TBC merupakan  penyakit yang menular, ganas dan mematikan. Jauh lebih berbahaya daripada Covid-19.

Sama dengan HIV/AIDS, penyakit TBC dianggap aib yang kadang menimbulkan stigma negatif di kalangan masyarakat dan lingkungan. Sehingga banyak pengidap TBC memilih merasa dirinya sehat, tetap beraktivitas normal. Sehingga terjadi penularan yang masiv melalui percikan air ludah, batuk maupun bersin.

Akibat kasusnya kurang tertangani dengan baik,  menyebabkan  angka kasus TBC dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Seperti yang terjadi di Ciamis.

Data dari Dinkes Ciamis diketahui  tahun 2020 di Ciamis tercatat sebanyak 1.520 kasus TB (sekitar 80 persen sembuh dan 40 orang meninggal dunia).

Tahun 2021 terdapat 1.603 kasus . Dari 1.603 kasus tersebut tercatat 3 orang ibu hamil positip idap TB, berikut 261 anak-anak. Pengidap yang meninggal  43 orang.

Dengan angka kematian sampai 43 orang  tersebut,  rata-ratanya nyaris tiap minggu ada warga Ciamis yang meninggal akibat TB.

Tahun 2022 sampai bulan Maret tercatat 307 kasus. Diantaranya 169 orang sempat dirawat di puskesmas, 117 orang dirawat di RSUD dan 21 orang sempat dirawat di RS swasta.

Agar kasus TBC bisa tertangani lebih baik, sebenarnya keberadaan kader kesehatan petugas pendamping penderita TBC (lebih dikenal dengan sebutan  kader TB)  tentu sangat berperan. Para kader TB merupakan ujung tombak keberhasilan  penanganan kasus TB di setiap daerah.

“Para kader TB tersebut tentu punya andil dalam keberhasilan penangan kasus TB di suatu daerah. Punya peran dalam mewujudkan Ciamis Sehat maupun Jabar Sehat  ,” ujar Ir H Herry Dermawan, anggota Komisi 2 DPRD Jabar dari Fraksi PAN asal Dapil Jabar XIII (Ciamis, Kuningan, Banjar, Pangandaran) kepada Tribun Senin (26/12).

Setelah melakukan pertemuan dengan sekitar 80 orang kader TB dari 27 kecamatan di Ciamis di RM Hj Imi di Jalan Sukamulya Burlong Ciamis, Sabtu (24/12),  menurut Herry  banyak  cerita suka duka  yang diperoleh. Termasuk keluhan dan harapan yang mereka inginkan.

Menurut Herry di Ciamis ternyata hanya ada 120 kader TB.

Sementara kasus TB tiap tahun mencapai ribuan yang tersebar di 258 desa serta 7 kelurahan di 27 kecamatan di Ciamis.

Sehingga seorang kader TB  menyangkau wilayah 2 bahkan sampai 3 desa.

Dalam mengabdi  mereka berkoordinasi langsung dengan puskesmas setempat.

Lebih parah lagi di Ciamis hanya ada 2 orang kader TB khusus mendampingi pengidap TB RO (TB Resisten Obat), tingkat stadium TB yang sangat menular dengan wilayah jangkauan 27 kecamatan di Ciamis.

“Para kader TB tersebut melacak kasus, melakukan investigasi. Mengambil sampel dahak, membawanya ke puskesmas untuk uji lab. Bila hasilnya positif, membawa penderita ke puskesmas untuk mendapatkan obat. Kemudian memantau  mengawasi  pasien minum obat (PMO) agar pasien disiplin minum obat ,” katanya.

Untuk semua tahapan tersebut kader TB melakukan kunjungan ke rumah penderita.

Tentu kontak dengan pengidap serta keluarganya.

“Kader TB itu bekerja dengan resiko tertular TB. Mereka mengabdi dengan mempertaruhkan nyawa,”  ujar Herry.

Sering kehadiran kader TB ke rumah pengidap diharapkan tidak mencolok. Guna menghindari stigma negatif terhadap pasien.

Mengingat sampai saat ini masih banyak kalangan warga yang menyikapi penderita TB dengan stigma negatif.

“Padahal TBC itu merupakan penyakit yang bisa sembuh,” jelasnya.

Meski mengabdi dengan mempertaruhkan nyawa dan terancam tertular TB, namun menurut Herry, para kader TB mendapatkan penghasian yang terbatas.

“Bahkan minim. Hanya mendapatkan uang transportasi sebesar Rp 50.000 sampai Rp 100.000/orang  setiap 3 bulan sekali tergantung kinerja. Bahkan selama tiga tahun terakhir, para kader TB tidak lagi mendapat uang transportasi karena penanganan lebih fokus Covid” ujar Herry.

Karena peran kader TB ini sangat strategis dalam penanganan kasus TBC.

Menurut Herry sudah saatnya pemerintah meningkatkan perhatian pada  nasib kader TB.

“Termasuk peningkatan perhatian  untuk kesejahteraan para kader TB. Perlu ada tambahan alokasi anggaran bagi peningkatan penghasilan kader TB,” harapnya.

 

Sumber: https://jabar.tribunnews.com