VISI
-
Masyarakat Madani yang Adil & Makmur
-
Pemerintah yang Baik & Bersih
-
Indonesia yang Baik dan Berdaulat
-
Serta Diridhoi Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
MISI
-
Kader Berkualitas dan Militan
-
Partai yang Dekat dan Membela Rakyat
-
Partai Modern
-
Indonesia baru yang demokratis, makmur, maju, mandiri & bermartabat
-
Mewujudkan Tujuan Negara
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Bapak DR Zulkifli Hasan menegaskan, bahwa Partai
Amanat Nasional bersifat inklusif dan terbuka. PAN tidak membedakan latar belakang anggotanya.
Hal itu sesuai dengan filosofi logonya, matahari, yang tidak pernah memilih kepada siapa
menyinari. Anggota PAN memiliki hak dan tanggung jawab yang sama.
Amanat Nasional bersifat inklusif dan terbuka. PAN tidak membedakan latar belakang anggotanya.
Hal itu sesuai dengan filosofi logonya, matahari, yang tidak pernah memilih kepada siapa
menyinari. Anggota PAN memiliki hak dan tanggung jawab yang sama.
Dalam pidato kebudayaan September 2022, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Bapak DR
Zulkifli Hasan menyampaikan pentingnya positioning Islam yang moderat atau Islam Tengah di
Indonesia untuk dipahamkan kembali kepada masyarkat luas, termasuk kepada para tokoh politik,
tokoh bangsa, tokoh pers hingga tokoh budaya. Sehingga semangat ber-Islam tidak dicurigai
sebagai sikap keras atau radikal, pada saat yang sama sikap toleran juga tidak berarti mengabaikan
batas-batas yang telah ditetapkan dalam agama. Bernegara tidak bisa dikerjakan dengan fanatisme
tanpa mengayomi yang berbeda. Hubungan antara agama dan negara dalam konsep Indonesia
bersifat simbiotik, menjadi fusi sinergis yang harmonis. Karena, munculnya perbenturan-
perbenturan yang terjadi, akibat digunakannya politik identitas. Tafsir beragama dalam politik
harus bisa mengayomi, mendamaikan, dan berada di tengah.
Zulkifli Hasan menyampaikan pentingnya positioning Islam yang moderat atau Islam Tengah di
Indonesia untuk dipahamkan kembali kepada masyarkat luas, termasuk kepada para tokoh politik,
tokoh bangsa, tokoh pers hingga tokoh budaya. Sehingga semangat ber-Islam tidak dicurigai
sebagai sikap keras atau radikal, pada saat yang sama sikap toleran juga tidak berarti mengabaikan
batas-batas yang telah ditetapkan dalam agama. Bernegara tidak bisa dikerjakan dengan fanatisme
tanpa mengayomi yang berbeda. Hubungan antara agama dan negara dalam konsep Indonesia
bersifat simbiotik, menjadi fusi sinergis yang harmonis. Karena, munculnya perbenturan-
perbenturan yang terjadi, akibat digunakannya politik identitas. Tafsir beragama dalam politik
harus bisa mengayomi, mendamaikan, dan berada di tengah.