JAWA BARAT - Harga beras di Indonesia terus meroket, menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan pemerintah daerah.
Salah satu penyebabnya adalah penghentian impor beras dari India, yang telah menjadi salah satu sumber pasokan beras terbesar bagi negara ini.
Masalah ini semakin diperparah oleh sejumlah faktor eksternal, seperti musim kemarau yang panjang dan kekeringan yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia.
Belum lagi krisis pupuk global yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina.
Ir. H. Herry Dermawan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi PAN mengatakan keprihatnannya mengenai pupuk yang bahan bakunya sulit didapat.
"Kondisi pupuk memang sangat....sangat menyedihkan, kenapa, karena bahan bakunya susah akibat adanya perang," tegasnya.
"Terus pupuk subsidi itu hampir tak terpenuhi kebutuhannya sehingga petani membeli pupuk non subsidi yang harganya mahal," tambah Anggota Komisi II DPRD Provinsi Jabar Herry Dermawan kepada insiden24.com.
Kendati harga gabah di tingkat petani telah melonjak, mencapai sekitar Rp7.000 rupiah per kilogram, secara ekonomi ini menguntungkan petani.
Namun, naiknya harga gabah juga tak sebanding dengan faktor-faktor kesulitan yang dihadapi.
Ini menjadi beban berat bagi petani yang berjuang untuk menghasilkan beras.
Musim kemarau yang berkepanjangan dan kekurangan pasokan air telah mengurangi produksi padi per hektar.
Biasanya, petani dapat menghasilkan sekitar 7 ton beras per hektar, namun karena kondisi cuaca yang tidak bersahabat, produksi per hektar turun drastis menjadi hanya sekitar 4 ton saja.
"Dalam keadaan normal, misal 5.000 saja, dan produksi 1 hektar bisa mencapai 7 ton berarti petani dapat uang Rp35 juta, nah sekarang itu dengan 1 hektar bisa menurun sekitar 4 Ton, harganya memang Rp7.000, tapi yang diterima kan jadi sedikit," katanya.
Pasokan pupuk dari Rusia, salah satu pemasok utama pupuk di Indonesia, terganggu akibat konflik antara Rusia dan Ukraina.
Keterbatasan pasokan pupuk telah mengakibatkan kenaikan harga yang signifikan, membuat biaya produksi pertanian semakin tinggi.
Dalam sebuah pernyataan, Herry Dermawan mengatakan kondisi sekarang ini sangat mengkhawatirkan.
"Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, terutama bagi petani di Jawa Barat. Kami harus segera mencari solusi untuk mengatasi masalah ini, termasuk upaya untuk meningkatkan produksi beras di tingkat lokal dan mencari alternatif pasokan pupuk, ungkap sosok yang juga mencalonkan di DPR RI Dapil X ini.
Pemerintah pusat dan daerah bekerja keras untuk mencari solusi jangka pendek dan jangka panjang guna mengatasi krisis harga beras.
Langkah-langkah yang diambil termasuk menggencarkan program irigasi, penyediaan pupuk alternatif, dan dukungan finansial kepada petani.
Sementara harga beras masih menjadi isu yang mendalam di Indonesia, langkah-langkah serius diambil untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan pasokan beras yang memadai bagi masyarakat.
Tetapi, tantangan terkait dengan ketersediaan beras dan pasokan pupuk masih akan memerlukan waktu dan kerja keras bersama untuk diatasi.
Penggunaan pupuk organik adalah salah satu solusi yang dapat membantu mengatasi krisis pupuk dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti kompos, pupuk hijau, limbah organik, dan bahan-bahan lain yang terurai secara alami.
Penggunaan pupuk organik memiliki beberapa keuntungan:
1. Ramah Lingkungan: Pupuk organik tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan tidak mencemari tanah dan air. Ini membantu menjaga ekosistem pertanian yang sehat dan melindungi lingkungan sekitarnya.
2. Peningkatan Kesuburan Tanah: Pupuk organik dapat meningkatkan struktur dan kelembaban tanah, serta meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Ini dapat menghasilkan hasil panen yang lebih baik dalam jangka panjang.
3. Mengurangi Ketergantungan terhadap Pupuk Kimia: Dengan menggunakan pupuk organik, petani dapat mengurangi ketergantungan mereka pada pupuk kimia, yang harganya dapat fluktuatif dan cenderung lebih mahal.
4. Pertanian Berkelanjutan: Praktik pertanian organik dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem pertanian, mengurangi erosi tanah, dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan.
5. Peningkatan Kualitas Produk: Tanaman yang ditanam dengan menggunakan pupuk organik cenderung memiliki rasa dan kualitas yang lebih baik, yang dapat meningkatkan nilai jual produk pertanian.
Namun, penggunaan pupuk organik juga memiliki tantangan tersendiri.
Produksi pupuk organik memerlukan waktu dan tenaga, dan hasilnya mungkin tidak segera terlihat.
Selain itu, pemahaman yang baik tentang penggunaan pupukorganik yang tepat diperlukan agar efektif dalam meningkatkan hasil pertanian.
Pemerintah, lembaga pertanian, dan petani dapat bekerja sama untuk mempromosikan penggunaan pupuk organik, memberikan pelatihan, dan menyediakan sumber daya yang diperlukan bagi para petani untuk mengadopsi praktik ini.
Dengan cara ini, pertanian organik dapat menjadi bagian integral dari upaya untuk mengatasi krisis harga beras dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat.
Sumber: https://www.insiden24.com