Bogor – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat H. Supono menggelar sosialisasi 4 pilar kebangsaan di Bouitenzorg Coffee, jalan Tegar Beriman, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Sabtu (17/09/2022).
Acara yang dihadiri langsung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (Icmi) cabang Bogor tengah ini berjalan dengan penuh diskusi sejarah dengan perspektif ala H. Supono.
Selain pembahasan materi 4 pilar kebangsaan, H. Supono juga mengkritisi narasi yang terus berkembang di sosial media tentang over fanatisme terhadap agama yang dinilai tidak mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Justru narasi itu kita kritisi, karena seharusnya negara Pancasila yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa itu masyarakatnya adalah harus menjalankan agamannya secara benar dan sungguh-sungguh, mau itu Islam, Kristen, Hindu, Budha dan yang lain,” ujarnya.
Karena itulah mengapa H. Supono mengkritisi kalimat seperti itu, justru karena itu dirinya menghimbau agar bangsa Indonesia yang religius menjalankan ajaran agamanya secara baik dan benar.
“Karena Insyaaallah umat beragama itu menjalankan ajarannya baik dan benar maka tidak akan terjadi radikalisme, tidak adan terjadi intoleransi, otomatis semangat perkukuhannya, persatuan dan toleransi bahkan cinta kepada bangsa dan negaranya itu akan tumbuh,” tukasnya.
Politisi PAN ini melanjutkan, “justru himbauan kita adalah ayo jaga ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariyah, ukhuwah wathaniyah dan juga jalankan agamanya secara baik dan benar,” imbuhnya.
Dirinya pun menambahkan bahwa negara pun menjamin warga negara Indonesia dalam UUD 45 pasal 29 bahwa masyarakat diberikan kebebesan untuk menjalankan agama dan kepercayaannya masing-masing.
“Maka dari itu, ketika ada orang yang menjalankan agamanya secara baik dan benar, kemudian dinarasikan sebagai bukan Indonesia itu justru penyesatan, itulah narasi pecah belah itulah narasi yang tidak senang bangsa ini menjadi bangsa besar,” katanya.
Ketua Icmi Bogor tengah H. Muhammad M S Ramilus menyebutkan acara ini sebagai ajang refresh atas masalah bangsa yang harus back to basic mengenai negara kesatuan versus oligarki, kemudian Bhineka Tunggal Ika
“Bahwa kita ini Icmi itu sudah common bond menjadi payung bagi organisasi-organisasi, kemudian ketiganya media silaturahim antara parlemen dengan masyarakat dalam hal ini stakeholders yang kita seolah-olah medsos saja yang berkembang tapi ini stakeholder sebagai pengawal masyarakat perlu, teman-teman, orang-orang yang ditokohkan di masyarakat jadi kita sinergi positif antara anak bangsa untuk penyatuan wawasan keumatan dan kebangsaan agar terjadi semacam sinkronisasi silaturahim, menjadi kontribusi bagi bangsa dan negara dalam lingkup yang kecil,” pungkasnya.
Sumber: https://www.inionline.id